WELCOME TO MY BLOG

Semua ini adalah proses belajar...
Penuh kekurangan...
Semoga bermanfaat...

Selasa, 05 April 2011

PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN PEMBENTUKAN TULANG SEJATI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah adalah jaringan cair ang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu per dua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47 (Pearce, 2007).
Plasma darah terdiri dari serum dan fibrinogen, sedangkan sel-sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit atau butir pembeku. Plasma darah adalah sejenis zat cair yang berwarna kekuning-kuningan. Plasma darah terdiri atas 90% air, di dalamnya terkandung zat-zat makanan, seperti protein, lemak, asam amino, vitamin, garam-garaman untuk diberikan ke bagian sel-sel tubuh. Protein merupakan suatu zat yang sanagt penting dalam plasma darah. Salah satu jenis protein plasma yaitu fibrinogen (Karsono, 2006).
Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Jika dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar terlihat merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang-batang iga dari sternum (Pearce, 2007).
Sel darah putih bening dan tidak berwarna, bentukya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai 10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel darah putih terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Oleh karena itu disebut sel berbulir atau granulosit (Pearce, 2007).
Trombosit atau keping-keping darah merah juga dibentuk di dlam tulang yang mengandung sumsum merah. Keping-keping darah merah ini merupakan serpihan sel, bukan sel yang utuh, berbentuk kecil dan tidak teratur serta tidak berinti. Setiap milimeter kubik darah terdapat 2.500.000 keping darah merah. Di dalam keping darah terdapat trombokinase yang dapat berguna untuk membantu proses pembekuan darah jika terjadi luka. Fibrinogen dalam plasma darah juga berperan dalam proses pembekuan darah. Plasma darah yang tidak mengandung fibrinogen atau disebut dengan serum berperan dalam melawan bibit penyakit. Sel darah berupa trombosit berfungsi untuk mengaktifkan mekanisme pembekuan darah (Karsono, 2006).
Menurut Pratiwi et al (2004) dan Pearce (2007), selain membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, di dalam tulang juga terbentuk tulang sejati. Tulang disebut alat gerak pasif karena digerakkan oleh otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang. Ada dua jenis tulang berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat-sifat fisiknya, yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon). Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan atau kartilago. Tulang rawan (kartilago) terbuat dari bahan yang padat, bening, dan putih kebiru-biruan. Sangat kuat tetapi kurang dibandingkan dengan tulang. Tulang rawan banyak dijumpai pada sendi dan diantra dua tulang. Mula-mula tulang embrio adalah tulang rawan. Kemudian hanya pusat-pusat yang masih tumbuh saja yang dipertahankan oleh tulang rawan. Tulang rawan tidak diselubungi membran, yaitu perikhondrium, tempat tulang rawan mendapatkan darah.
B. Tujuan
1. Mengetahui proses pembekuan darah.
2. Mengetahui proses pembentukan tulang sejati.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBEKUAN DARAH
Menurut Pearce (2007), apabila darah ditumpahkan maka cepat ia menjadi lekat da segera mengendap sebagai zat kental berwarna merah. Jeli atau gumpalan itu mengerut dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami. Cairan ini disebut serum. Darah yang tumbah apabila diperiksa dengan mikroskop, akan keliahatan benang-benang fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang ini terbentuk dari fibrinogen dalam plasma oleh kerja trombin. Benang-benang ini menjerat sel darah dan bersama-sam dengannya membentuk gumpalan. Apabila darah yang tumpah dikumpulkan dalam tabung reaksi, maka gumpalan itu akan terapung-apung dalam serum.
Penggumpalan darah pembekuan darah adalah proses yang majemuk, dan berbagai faktor diperlukan untuk melaksanakan itu. Sebagaimana telh diterangkan, trombin adalah alat dalam mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih dalam dalam pembuluh, tetapi yang ada adalah zat pendahulunya, protombin, yang kemudian diubah menjadi zat aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase atau tromboplastin adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka. Tromboplastin terbentuk karena terjadinya kerusakan pada trombosit, yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah protombin menjadi trombin sehingga terjadi penggumpalan darah (Pearce, 2007).
Saat pembuluh darah terpotong, darah akan keluar, tetapi keluarnya darah akan segera terhenti karena terjadi pembekuan darah. Proses atau mekanisme pembekuan darah menurut Pratiwi et al (2004) terjadi dalam 3 tingkat, sebagai berikut:
1. Jaringan yang luka atau keping darah (trombosit) yang rusak akan menghasilkan tromboplastin atau trombokinase yang merupakan aktivator dari protombin.
2. Adanya trombokinase menyebabkan perubahan protombin menjadi enzim trombin. Ion kalsium merupakan zat yang dianggap pemacu perubahan tersebut. Protombin adalah suatu protein plasma yang terdapat dalam plasma dengan konsentrasi 15 mg/100 ml (dalam kondisi normal). Protombin berupa senyawa globulin dan selalu dibentuk di hati dengan bantuan vitamin K.
3. Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berupa benang-benang. Fibrinogen adalah protein yang terdapat dalam plasma dalam jumlah 100-700 mg/100 ml. Sebagian besar fibrinogen dibentuk dalam hati. Terbentuknya benang-benang fibrin yang bertautan mengakibatkan sel-sel darah merah dan plasma terjaring untuk membentuk bekuan itu sendiri.

Empat faktor yang diperlukan untuk menghasilkan penggumpalan atau pembekuan darah yaitu:
1. garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah,
2. sel yang terluka yang membebaskan trombokinase,
3. trombin yang terbentuk dari protombin apabila ada trombokinase, dan
4. proses penggumpalan dapat dinyatakan dalam rumus:
Protombin + kalsium + trombokinase = Trombin
Trombin + fibrinogen = Fibrin
Fibrin + sel darah = Penggumpalan

Protombin dibuat dalam hati. Vitamin K diperlukan untuk menghasilkan protombin (Pearce, 2007).
Pembekuan (koagulasi) darah dipercepat oleh:
1. panas yang sedikit lebih tinggi dari suhu badan,
2. kontak dengan bahan kasar, seperti pinggiran yang kasar dari pembuluh darah yang rusak, atau dengan pembalut (Pearce, 2007).
Pembekuan (koagulasi) darah diperlambat jika:
1. suhu dingin,
2. disimpan dalam tabung berlapis lilin di sebelah dalamnya, sebab darah memerlukan kontak dengan permukaan yang dapat menjadi basah oleh air sebelum dapat bergumpal. Sedangkan parafin tidak memiliki permukaan yang dapat basah oleh air,
3. dengan ditambah kalium sitrat atau natrium sitrat yang menyingkirkan garam kalsium yang dalam keadaan normal ada (Pearce, 2007).

B. PEMBENTUKAN TULANG SEJATI
Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Kartilago dihasilkan dari sel-sel mensemkima. Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang. Sel-sel tulang dibentuk dari arah dalam ke luar atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan sel tulang mngelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem harvers (Pratiwi et al, 2004).
Di sekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Nantinya di dalam senyawa protein ini terdapat pula senyawa kapur dan fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras. Proses penulangan ini disebut ofisikasi (Pratiwi et al, 2004).
Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Tulang berkembang dari tulang rawan maupun dari membran yang tersusun dari serabut jaringan ikat. Tulang pipih berkembang menjadi tulang dari membran, dan karena itu diberi nama tulang membran. Sedangkan tulang pipa berkembang dari tulang rawan, oleh karena itu disebut tulang kartilago (Pearce, 2007).
1. Pembentukan tulang dari membran
Membran jaringan ikat yang menjadi asal tulang pipih, misalnya tulang tengkorak, mendapat persendiaan darah yang sanagt berlimpah. Osifikasi atau pembentukan tulang mulai dari pusat-pusat tertentu dan berlangsung dengan cara perlipat-gandaan sel dalam membran sampai terbentuk sebuah jalinan halus dari tulang. Dengan demikian terbentuk tulang pipih yang terdiri atas dua lapisan jaringan tulang yang padat dan keras berlapis periosteum yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sebuah lapisan tulang interstisiil yang mirip jaringan tulang kansellus (bentuk jala) (Pearce, 2007).
2. Pembentukan tulang dari tulang rawan (osifikasi tulang rawan)
Sewaktu embrio berkembang semua tualng pipa pada mulanya berupa batang-batang tulang rawan yang diselubungi oleh perikhondrium (membran yang menutupi tulang rawan). Sebuah pusat osifikasi pertama yang disebut diafisis tampak di tengah jaringan yang kelak akan menjadi tulang –tulang pipa itu. Kalsium ditimbun dalam matriks dan sel-sel tulang berkembang. Perikhondrium menjadi periosteum dan dari sini sel tulang ditempatkan sedemikian rupa sehingga tulang dapat tumbuh, baik sirkumferens (melingkar) maupun memanjang. Karena fungsi periosteum itulah makaahli bedah sangat berhati-hati bila mengoperasi tulang, ia akan mengembalikan periosteum ke kedudukan semula., sebab dari sinilah pembentukan tulang baru berasal. Kini tulang yang sedang tumbuh itu terdiri atas batang (diafisis) dan dua ujung (epifisis) (Pearce, 2007).
Kemudian dalam proses perkembangan selanjutnya timbul sebuah pusat osifikasi kedua disetiap ujung atau epifisisnya. Dan selanjutnya osifikasi bermula dari sini dan meluas ke arah batang dan sekaligus juga ke arah ujung setiap epifisis. Ujung tulang tetap tertutup oleh tulang rawan hialin, yang menjadi tulang rawan sendi. Di antara batang (diafisis) dan setiap ujung (epifisis) tetap ada selapis tulang rawan. Lapisan ini disebut tulang rawan epifiseal yang tetap ada sampai tulang menjadi dewasa (Pearce, 2007).
Akromegali yaitu kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi lobus anterior dari kelnjar hipofisis. Bila terjadi sebelum tulang rwan epifiseal hilang, maka akibatnya terjadi gigantisme. Tetapi akromegali, bila terjadi sesudah osifikasi dari tulang rawan epifiseal selesai, maka hanya tulang-tulang tertentu yang terkena, yaitu tangan dan rahang (Pearce, 2007).
Dua jenis sel tulang terlibat dalam pembangunan tulang, yaitu osteoblast yang membangun tulang dan osteoklast yang menghancurkan tulang. Dengan jalan demikian bagian yang padat tetap terbentuk dan rongga-ronga serta saluran-saluran juga tersusun (Pearce, 2007).

Berdasarkan matriksnya, jaringan tulang dibedakan sebagai berikut:
1. tulang kompak merupakan tulang dengan matriks yang padat dan rapat, misalnya tulang pipa.
2. tulang spons merupakan tulang yang matriksnya berongga, misalnya tulang-tulang pipih dan tulang-tulang pendek (Pratiwi et al, 2004).
Menurut bentuknya, tulang dapat dibedakan menjadi tulang ppa, tulang pendek, dan tulang pipih. Menurut (Pratiwi, 2004), ada pula tulang tak berbentuk.
1. Tulang pipa (tulang panjang)
Tulang pipa berbentuk tabung seperti pipa dan pada umumnya berongga. Di dalamnya berisi sumsum kuning. Di ujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Contoh tulang pipa adalah tulang betis, tulang kering, tulang hasta, dan tulang pengumpil.
Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian tengah disebut diafisis, kedua ujung disebut epifisis, dan antara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Pada anak-anak cakra epifisis berupa kartilago yang mengandung osteoblas, sedangkan pada orang dewasa yang sudah tidak bertambah tinggi lagi, cakra epifisis sudah menulang. Osteoblas menempati rongga yang disebut rongga sumsum tulang. Di dalam tulang pipa terdapat osteoklas yang berfungsi untuk merombak tulang.
2. Tulang pipih
Tulang pipih tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, di dalamnya terdapat sumsum merah yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan sel darah putih. Kebanyakna tulang pipih menyususn dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindunga atau untuk memperkuat tulang. Contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak.
3. Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk kubus dan hanya ditemukan pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang. Tulang pipih bentuknya pendek dan di dalamnya berisi sumsum merah yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan sel darah putih.
4. Tulang tak berbentuk
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak tertentu. Tulang ini terdapt di wajah dan tulang belakang.













BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Proses pembekuan terdiri dari 3 tingkatan yaitu:
a. Jaringan yang luka atau keping darah (trombosit) yang rusak akan menghasilkan tromboplastin atau trombokinase yang merupakan aktivator dari protombin.
b. Adanya trombokinase menyebabkan perubahan protombin menjadi enzim trombin.
c. Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berupa benang-benang. Terbentuknya benang-benang fibrin yang bertautan mengakibatkan sel-sel darah merah dan plasma terjaring untuk membentuk bekuan itu sendiri.
2. Proses pembentukan tulang sejati terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang. Di sekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Nantinya di dalam senyawa protein ini terdapat pula senyawa kapur dan fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras.






DAFTAR PUSTAKA
Karsono, E. 2006. Struktur Anatomi Tubuh Manusia. PT Sarana Panca Karya Nusa, Bandung.
Pearce, E. C. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia, Jakarta.
Pratiwi, Maryati, Srikini, Suharno, Bambang. 2004. Buku Penuntun Biologi SMA 2. Erlangga, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar