WELCOME TO MY BLOG

Semua ini adalah proses belajar...
Penuh kekurangan...
Semoga bermanfaat...

Rabu, 06 Januari 2010

Belajar bikin proposal penelitian 'Pengaruh Pelajaran Seni Musik terhadap Pengurangan Depresi pada Remaja (Siswa SMP)'...masih banyak yg kurang nih..

BAB I
PENDAHULUAN

Semua bangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Australia dan negara Eropa pada umumnya adalah bangsa yang musical. Pengertian musikal yang dimaksud disini adalah pertama dapat memainkan instrumen musik atau menyanyi dengan baik, pengertian kedua tidak dapat bermain musik atau menyanyi dengan baik, tetapi dapat mengapresiasikan musik. Disini dimana musik diperhatikan benar oleh Negara-negara tersebut dimana dibuktikan dengan semua sekolah unggulan memasukkan mata pelajaran musik sebagai materi wajib intrakurikuler dan diperkaya dengan kegiatan ekstrakurikuler, dimana materi pelajaran musik yang diajarkan meliputi musik universal dan musik tradisional, dan nampak hasil pembelajaran siswa-siswa sekolah unggulan tersebut pun rata-rata sangat baik.
Namun kurikulum nasional di Indonesia, hanya menekankan perkembangan intelektual semata dan kurang memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Hal ini tampak dengan banyaknya tawuran pelajaran di tingkat sekolah menengah dan tingkat lanjutan pertama, siswa sekolah dasar terbebani dengan padatnya mata pelajaran yang harus dihafal dan yang harus dikerjakan sehingga pembelajaran menghapus keceriaan anak pada masa perkembangannya. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan perkembangan intelektual semata dan tidak memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Melihat alokasi waktu mata pelajaran musik setiap minggu hanya waktu 2 x 45 menit, (GBPP kurikulum mata pelajaran kesenian 1994) yang masih terbagi dengan mata pelajaran seni tari, seni rupa, dan kerajinan tangan.Need Assessment (Mudhoffir) menemukan perbedaan (discrepancy) antara apa yang ada sekarang dan apa yang idealnya diinginkan ada (Pamangsah, 2009).
Banyak siswa yang mengalami stress dan depresi karena merasa jenuh dengan pelajaran di sekolah. Depresi yang dialami oleh siswa yang ada di kelas reguler, mupun akselerasi atau kelas percepatan. Padahal mereka tergolong anak-anak dengan IQ tinggi (Mukti, 2009).
Pada kelas regular, depresi yang dialami sering terjadi pada siswa kelas IX yang akan menjalani ujian nasional. Kegiatan di sekolah yang meliputi proses belajar pelajaran yang dianggap memerlukan pikiran yang ekstra dan kegiatan lain di luar jam sekolah seperti tambahan pelajaran untuk persiapan ujian serta kegiatan les di luar sekolah yang dilakukan siswa dianggap membuat jenuh sampai merasa depresi. Menurut siswa, tim pengajar tidak memperhatikan kondisi psikologis siswa, sehingga siswa semakin merasa depresi.
Pengurangan atau penanggulangan depresi pada remaja tersebut bisa dilakukan dengan memaksimalkan proses pembelajaran pelajaran seni musik. Seni musik mengandung banyak kajian, baik dari sisi ilmu dan pengetahuan maupun faktor psikologis yang bisa memberi pengaruh pada siswa (Hardjito, 2009). Pendidikan musik khususnya banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan dan keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis (Gunara, 2009).
Musik bisa digunakan untuk menenangkan dan membawa hal-hal positif ke dalam pikiran. Dengan begitu, akan menjauhkan depresi dan segala kecemasan. Musik juga bisa mencegah respon stress yang bisa mengakibatkan kerusakan di dalam tubuh, menjaga kreatifitas dan sikap optimis tetap tinggi, serta menawarkan berbagai keuntungan lainnya (Tarigan, 2009). Menurut Dileo, Direktur Pusat Penelitian Seni dan Meningkatkan Kualitas Hidup,Universitas Temple, Philadelphia, Amerika Serikatmusik bisa membantu tubuh menjdi lebih rileks dan bertenaga serta dapat menghilangkan depresi dan mencegah kanker.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pelajaran seni musik terhadap pengurangan depresi pada remaja di SMP N 20 Purworejo?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum dilakukan utuk mengetahui pengaruh pelajaran seni musik terhadap pengurangan depresi pada remaja di SMP N 20 Purworejo.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus dilakukan untuk:
1. Mengetahui respon remaja SMP N 20 Purworejo terhadap pelajaran seni musik yang diberikan.
2. Mendeskripsikan pembelajaran seni musik dapat dijadikan sebagai cara untuk mengurangi depresi pada remaja di SMP N 20 Purworejo.
3. Mencari solusi dalam rangka untuk memperbaiki penyimpangan psikis yang terjadi pada remaja sekolah.

D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan berpikir mengenai pengaruh pelajaran seni musik terhadap pengurangan depresi pada remaja.
2. Bagi Kesehatan Masyarakat
Menambah informasi bacaan, studi pustaka dan sebagai tambahan pengetahuan akademisi kesehatan reproduksi, serta aplikasi kesehatan reproduksi pada remaja.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan remaja, sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam pencegahan dan pengendalian terjadinya permasalahan pada remaja.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Seni Musik
Dari sudut pandang psikologi seni memiliki arti luas, yaitu menunjukkan setiap cara yang sesuai untuk mengekpresikan diri, berupa tindakan atau sikap yang menyampaikan pada taraf kelengkapan dan kejernihan tertentu dari balik mental, ide, dan emosi. Seni membantu mengidentifikasi ”siapa kita” dan ”apa potensi kita”. Manfaat dari mempelajari seni diantaranya membantu pembentukan kominikasi verbal dan nonverbal sehingga dapat mencapai usaha belajar yang optimal, karena seni memberikan kesempatan untuk berekspresi tanpa kata-kata saat tidak dapat diungkapkan secara verbal. Selain dapat bermanfaat dalam pengungkapan perasaan, seni juga menjadi kreator untuk mewujudkan diri secara keseluruhan (self actualization) sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia dalam teori kebutuhan Maslow.
Musik adalah produk pikiran (Djohan, 2005). Menurut Parker (1990), elemen vibrasi (fisika dan kosmos) atau frekuensi, bentuk, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasikan secara neurologis dan diintrepetasikan melalui otak menjadi: pitch, warna suara, keras lembut, dan waktu (dalam kerangka tonal). Transformasi ke dalam musik dan respon manusia (perilaku) adalah unik untuk dirasa (afeksi) karena otak besar manusia (kognisi) berkembang dengan amat pesat sebagai akibat pengalaman musikal sebelumnya.
Musik sendiri memiliki dimensi kretif dan memiliki bagian yang identik dengan proses belajar secara umum. Sebagai contoh, dalam musik terdapat analogi melalui persepsi, visual, auditori, antisipasi, pemikiran induktif-deduktif, memori, konsentrasi, dan logika. Dalam musik juga dapat dibedakan serta dipelajari cepat-lambat, rendah-tinggi, keras-lembut yang berguna untuk melatih kepekaan terhadap stimulan lingkungan. Selain itu musik juga berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan pribadi dan sosial. Perkembangan pribadi meliputi aspek kemampuan kognitif, penalaran, intelegensi, kreativitas, membaca, bahasa, sosial, perilaku dan interaksi sosial. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan analisa verbal berkorelasi pada kemampuan musik pada anak, sedangkan kemampuan ruang berhubunagn dengan kemampuan musik pada remaja atau orang dewasa (Djohan, 2005).

2. Pelajaran Seni Musik
Menurut para ahli, pendidikan musik merupakan sarana yang paling efektif bagi pendidikan kreativitas. Pendidikan musik juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif untuk menyalurkan emosi dan ekspresi anak. Selain itu, pendidikan musik dapat menjadi pendidikan keterampilan. Jadi secara konseptual, pendidikan musik sangat besar peranannya bagi proses perkembangan anak. Plato menyatakan bahwa seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Dari pendapat ini kita bisa beranggapan bahwa sesungguhnya seni atau pendidikan seni mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pendidikan secara umum (Gunara, 2009).
Konsep pendidikan melalui seni juga dikemukan oleh Dewey bahwa seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan seni itu sendiri. Maka melalui pendidikan melalui seni tercapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Merujuk pada konsep pendidikan melalui seni, maka pelaksanaannya lebih ditekankan pada proses pembelajaran dari pada produk. Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka sasaran belajar pendidikan seni tidak mengharapkan siswa pandai menyanyi, pandai memainkan alat musik, pandai menggambar dan terampil menari. Melainkan sebagai sarana ekspresi, imajinasi dan berkreativitas untuk menumbuhkan keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Kalau memang ternyata melalui pendidikan seni dapat menghasilkan seorang seniman maka itu merupakan dampak saja. Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka guru pun dapat melaksanakannya. Kekurangan kemampuan guru dalam hal pendidikan seni dapat ditutup dengan penggunaan berbagai media pembelajaran yang memadai. Seperti yang telah dipaparkan di atas, pendidikan musik khususnya banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan dan keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Banyak sekali hasil penelitian yang memberikan informasi kepada kita tentang pentingnya pendidikan seni khususnya musik bagi perkembangan anak, berikut beberapa hasil penelitian dirangkum dari Bulletin


of the Council for Research in Music Education, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan musik/pendidikan seni, memudahkan perkembangan anak dalam bahasa dan kecepatan membaca.
2. Aktivitas bermusik/berkesenian sangat bernilai bagi pengalaman anak dalam berekspresi dan lain-lain.
3. Aktivitas bermusik/berkesenian membantu perkembangan sikap positif terhadap sekolah dan mengurangi tingkat ketidakhadiran siswa di sekolah.
4. Keterlibatan dalam kegiatan bermusik/berkesenian secara langsung mempertinggi perkembangan kreativitas.
5. Pendidikan musik/pendidikan seni memudahkan perkembangan sosial, penyesuian diri, dan perkembangan intelektual.
3. Remaja
Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah seorang anak yang sudah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. Menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO, remaja bila anak talah mencapai umur 10-18 tahun.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
1. Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun.

2. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun.
3. Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun.

4. Depresi
a. Pengertian Depresi
Depresi dalam penggunaan istilah sehari-hari biasanya dikaitkan dengan perasaan sedih, murung, putus asa, merana dan tidak bahagia. Depresi dapat juga diartikan sebagai sekumpulan gejala atau sindroma (disertai perbahan kognitif, psikomotor dan vegetatif). Selain itu dapat diartikan sebagai kesatuan penyakit (dengan gambaran klinis yang khas, dasar riwayatnya dan hubungan dengan keadaan biologisnya).
Manifestasi depresi antara lain adalah dalam bentuk sindrom, keluh kesah dan gejala saling terikat secara teratur dan dianggap sebagai pancaran gangguan pada beberapa segi, tidak hanya pada segi psikis saja tetapi juga pada segi somatik. Sedangkan pada segi psikis tidak hanya terbatas pada satu bagian saja, misalnya pada konsentrasi, ingata, perasaan kosong, terhambat dalam berpikir dan lain-lain. Dari segi somatik ada penurunan nafsu makan sampai penurunan berat badan, gangguan tidur, gangguan perut sampai obstipasi, gangguan libido, gangguan vegetatif dalam bentuk berdebar-debar, sesak nafas, termor dan kecemasan. Gangguan depresi yang tidak terdeteksi dan tidak mendapat terapi yang memadai dapat menimbulkan dampak cukup serius baik dalam fungsi sosial, kualitas hidup pasien maupun dalam beban kondisi lainnya, bahkan sampai maslah bunuh diri.
Depresi perlu dibedakan dengan kesedihan biasa, karena depresi adalah salah satu gangguan jiwa sedangkan kesedihan adalah fenomena yang dapat dialami oleh setiap manusia. Dua hal itu dapat dibedakan secara kuantitatif, pada depresi gejala lebih lama, gejala lebih intensif dibandingkan dengan kesedihan biasa. Pada depresi faktor presipitasi tidak sejelas pada kesedihan biasa dan kualitas gejala depresi ada khusus seperti waham, halusinasi dan pikiran bunuh diri yang tidak terdapat pada kesedihan biasa.
Depresi yang nyata mempunyai trias gejala yaitu:
4. Tertekannya perasaan
Tertekannya perasaan dapat dirasakan oleh si penderita, dilaporkan secara verbal, dapat pula diekspresikan dalam roman muka yag sedih tidak mengindahkan dirinya, mudah menangis dan sebagainya.
5. Kesulitan berpikir
Kesulitan berpikir nampak dalam reaksi verbalnya yang lambat, sedikit sekali bicara dan penderita menyatakan dengan tegas bahwa proses berpikirnya menjadi sangat lambat.
6. Kelambatan psikomotor
Kelambatan psikomotor merupakan geja yang dapat dinilai secara objektif oleh pengamat dan juga drasakan oleh penderita. Misalnya: mudah lelah, kurang antusias, kurang energi, ragu-ragu, keluhan somatik yang tak menentu (Soetjiningsih, 2007).

b. Depresi pada Remaja
Depresi yang nyata dapat dilihat pada anak usia lebih dari 10 tahun terutama pada usia remaja, dimana superego, kemampuan verbal, kognitif dan kemampuan menyatakan perasaan seudah berkembang lebih matang sehingga gejala depresi pada orang usia ini mirip dengan gejala depresi pada orang dewasa. Pada usia lebih dari 10 tahun, penggunaan proses berpikir secara realistik makin berkembang, penggunaan fantasi sebagai alat pelarian makin hilang, sudah tidak menggunakan mekanisme pembelaan yang priitif dan makin berkembang suara hati nurani (superego) yang akan memperhebat perasaan bersalah dan rendah diri.
Gangguan depresi pada remaja dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Depresi akut
Depresi akut mempunyai ciri-ciri, manifestasi gejala depresi jelas (nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum timbulnya gejala depresi, lamanya gejala hanya dalam waktu singkat, secara relatif mempunyai adaptasi dan fugsi ego yang baik sebelum sakit dan tidak ada psikopatologi yang berat dalam anggota keluarganya terdekat.
2. Depresi kronik
Depresi kronik mempunyai ciri-ciri, gejala depresi jelas (nyata), tetapi tak ada faktor pencetus yang mendadak. Gejalanya dalam waktu lebih lama daripada depresi akut. Ada gangguan dalam penyesuaian diri sosial dan emosional sebelum sakit, biasanya dalam bentuk kepribadian yang kaku atau inadekurat (kepribadian anankastik, histerik, dan sebagainya). Ada riwayat gangguan afektif (riwayat depresi) pada anggota keluarga terdekat.
3. Depresi terselubung
Gejala depresi tak jelas tetapi menunjukkan gejala lain misalnya, hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatik, hipokondriasis, delinkuensi dan sebagainya.

Sesuai dengan perkembangannya, seorang remaja normal mempunyai kecenderungan untuk depresi sehingga sulit untuk membedakannya dengan patologis. Gejala depresi pada remaja sangat menyerupai yang terdapat pada usia dewasa. Geja depresi lainnya mirip dengan depresi pada anak sekolah yaitu:
a. Ekspresi afek yang depresif dan distorik terjadi dengan fantasi dan patologis. Tema depresi antara lain kehilangan dan penolakan, disalahkan, dihambat, dan dikritik, kematian dan bunuh diri. Tema ini muncul dari lamunan dan mimpinya. Fantasi ini merupakan gejala yang penting dar depresi dan mungkin tidak terdapat gejala lainnya, penampilan dan perilakunya mungkin tidak terganggu.
b. Gangguan dalam prestasi sokolah atau hubungan dengan teman mungkin gejala pertama dari depresi. Anak kurang berminat dalam belajar, kehilangan motivasi dan tidak gembira dengan prestasi yang dicapainya. Bila seorang ank yang padai prestasinya tiba-tiba menurun, segera harus dicari apa yang emnjadi faktor penyebabnya. Prestasi yang pertama menurun adalah dalam pelajaran yang sebelumnya memang kurang dikuasai. Juga perubahan perilaku anak perlu diperhatikan, misalnya anak yang biasanya pendiam tiba-tiba melucu atau sebaliknya.
c. Pada sebagian besar anak terjadi hipomotilitas motorik, merasa gelisah, perilakunya canggung atau kagok, menunjukkan agitasi dan bersifat accident prone. Sebagian lagi karena temperamennya berbeda justru menunjukkan hiperaktifitas dan agresifitas.
d. Karena perkembangan super-ego dan perkembangan kognitif dari moralitas maka anak menunjukkan rasa bersalah yang cukup bermakna. Anak merasa rendah diri dan bersalah terhadap apapun yang dilakukannya sehingga sering minta maaf dan ketentraman (reassurance) dari orang lain. Bila dorongan agresif dan bermusuh dalam diri anak depresi, maka dorongan tersebut akan ditunjukkandalam dirinya sendiri; anak akan mempunyai kecenderungan untuk melukai diri sendiri dan juga untuk bunuh diri.

Beberapa perbedaan depresi remaja dan dewasa adalah sebagi berikut:
1. Timbulnya pubertas (kematangan seksual) pada remaja dapat terlambat bila ada gejala anoreksia dan penurunan berat badan; hal ini terutama terjadi bila depresi yang diterima oleh remaja sudah bersifat kronis remaja dengan gejala depresi sering kali sulit untuk menerima perubahan yang terjadi karena pubertas. Sekresi hormonal dan stresor lingkungan dapat mendorong remaja dalam depresi yang cukup mendalam dan keinginan untuk bunuh diri.
2. Perkembangan kognitif mengalami hambatan yaitu dalam kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Pada remaja bila cara berpikir masih konkrit, juga terdapat gejala menarik diri, isolasi dan low energy level maka akan menimbulkan kesan seolah-olah menderita gangguan kepribadian skizoid atau awal skizofrenia.
3. Harga diri yang rendah, perasaan tidak berdaya dan tidak ada harapan merupakan gejala yang menyolok. Adakalanya reaja mengatasi prasaan ini dengan menyangkal (denial), fantasi yang omnipoten atau dengan menyalahgunakan obat dan alkohol.
4. Perilaku antisosial sering kali juga merupakan gejala depresi pada remaja.

Beberapa pegangan menentukan terdapatnya depresi pada remaja, yaitu:
1. Pendekatan dan wawancara dengan remaja dengan cara diajak bercerita dan menanyakan tema dari cerita yang disampaikan, misalnya mengenai peristiwa perpisahan atau kehilangan orang yang bermakna, perubahan dalam hubungan anak remaja dengan orang yang bermakna. Sebaliknya dilakukan dengan tanpa kehadiran orang tua.
2. Observasi afek (suasana perasaan) dan perilaku remaja.
3. Alloanamnesis dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita depresi, neurosis, sosiopatik, dan sebagainya.
4. Bila anak remaja menjadi nakal, prestsi sekolah menurun, keluhan somatik tanpa disadari kelainan fisik maka harus dipikirkan kemungkinan depresi terselubung (Soetjiningsih, 2007).

5. Pengaruh Seni Musik dengan Depresi
Musik mempengaruhi perkembangan otak karena sifat plastis dari otak. Stimuli musik pada awal perkembangan akan sangat menentukan pengaruh dalam jangka waktu lama. Sebaliknya, awal pengalaman yang negatif (tanpa musik) akan mendapatkan konsekuensi dramatik yang berkepanjangan. Hubungan (interaksi) antara konsep psikologi dan musik juga ditunjukan oleh tumbuh kembangnya disiplin terapi musik dalam konteks pentingnya pengalaman musikal bagi kehidupan manusia. Gangguan mental secara psikologi dapat diobati denga kelengkapan teraupetik yang dimiliki dalam terapi musik.
Sloboda (1998) secara tegas mengatakan bahwa perasaan manusia terikat dengan bentuk musik karena terdapat konsistensi dalam respon musik yang secara relatif memberikan lingkungan yang sama. Dikatakan bahwa secara mendasar terdapat alasan yang kuat untuk menggunakan pendekatan kognitif dalam mengalami stimuli musik. Maka sudah selayaknya ada interaksi antara musik dan psikologi karena selain psikolog tertarik dengan interpretasi perilaku manusia juga karena musik sebagai bagian dari seni adalah bentuk perilaku manusia yang unik dan memiliki pengaruh yang kuat.
Teori dari Berlyne (1971) mengatakan bahwa bila kita mendengarkan musik, ada beberapa faktor yang dapat dihitung, seperti kompleksitas, keakraban, dan kesenangan baru yang diperoleh dari musiknya. Musik dikatakan akrab bila musik tersebut dialami sebagai sesuatu yang menimbulkan perasaan menyenangkan atau nyaman. Namun nilai hedonis akan menjadi rendah apabila musik itu merupakan informasi baru bagi pendengarnya, dan akan meningkat seiring dengan meningkatnya keakraban dengan musik itu. Selanjutnya nilai hedonis itu akan menurun lagi apabila musik tersebut benar-benar telah dikenal. Weinberger (1998) menilai teori Berlyne tersebut penting untuk terapi sejauh dapat dijelaskan mengapa musik yang sama dapat menghasilkan informasi yang berbeda terhadap orang yang sama dalam waktu yang berbeda.
Lewis, Dember, Scheefft dan Radenhausen (1995) menemukan pengaruh musik atau video dalam beberapa hasil pengukuran suasana hati melalui kuesioner tentang optimisme/pesimisme (OPQ), skala sikap dan skala Wessman-Ricks tentang Elation dan Depression. Sebelumnya dipilih musik dan video dengan kategori suasana hati positif atau negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat terhadap suasana hati tetapi tidak demikian dengan video. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana hati yang sama dalam diri pendengarnya. Suasana hati yang disebabkan oleh musik merubah perhatian, persepsi, dan memori serta mempengaruhi keputusan seseorang terhadap kondisi mental dan emosionalnya. Cara berpikir dan perilaku diwarnai oleh musik yang tampaknya secara langsung dan tidak disadari mengakses ke lapisan bawah sadar otak manusia.
Smeijsters, Wijzenbeek, dan van Nieuwenhuijzen (1995) menegaskan bahwa dalam kehidupan pasien penderita depresi, beberapa nilai seperti, kekacauan, otoritas, kematian, religiositas, adalah penting. Dalam penelitiannya, penderita depresi diminta untuk mendengarkan penggalan 19 buah musik dalam dua sesi. Mereka diminta untuk memilih dari daftar yang berisi 14 nilai (seperti kekerasan, keluarga, dan relaksasi) yang ditangkap oleh pikiran mereka sesuai dengan musik yang didengar. Hasilnya menunjukkan bahwa penggalan-penggalan musik tersebut sungguh-sungguh menimbulkan nilai tetapi tidak saling berhubungan. Kalau dilihat dari pengertian istilah emosi secara umum tampak bahwa penelitian tersebut memberikan hasil tetapi sifat dasar responnya sering tidak ditemukan.
Pada banyak penelitian terapi musik dan psikologi musik, salah satu pendekatan yang dipilih adalah meminta seorang klien mendengarkan musik. Tidak banyak peneliti dalam terapi musik yang memilih topik pengalaman emosi saat klien menunjukkan aktivitas musik atau saat berimprovisasi. Bunt dan Parvlicevic (2001) dalam eksperimen klinis mereka menjelaskan bahwa aspek-aspek sentral dan emosi melalui musik justru terjadi saat klien berimprovisasi. Gabrielson dan Juslin (1996) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa efek emosi dapat dipengaruhi oleh tipe instrumen musik atau ekspresif tidaknya seseorang dalam bernyanyi (Djohan, 2005).
Gordon Shaw (1996) dalam newsweek (1996) mengatakan kecakapan dalam bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bahwa pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya.
B. Kerangka Teori






C. Kerangka Konsep























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah Pendekatan Deskriptif Kualitatif. Pendekatan Kualitatif digunakan untuk memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu yang sulit diketahui. Menurut Bogdan dan Taylor, metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu menggambarkan sejumlah variable yang berkenaan dengan sejumlah masalah unit yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel (Faisal,Sanapiah, 1992). Pada penelitian deskriptif ini tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis.
Metode kualitif deskriptif tidak banyak menggunakan angka-angka sebagai sumber data yang harus dianalisis. Ketika peneliti sudah masuk ke dalam lapangan atau tempat penelitian, maka yang dilakukan adalah mengumpulkan data melalui kata-kata atau kalimat yang diucapkan informan. Dijelaskan oleh Miles dan Huberman (1992) bahwa peneliti lapangan mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang ditulis tangan atau catatan yang diikte di lapangan atau rekaman audio tentang peristiwa dalam latar lapangan.
Permasalahan yanga ada yaitu mengetahui pengaruh pelajaran seni musik dalam pengurangan depresi pada remaja. Hal tersebut akan dijelaskan secara deskriptif dan digambarkan secara objektif. Pendekatan deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu lebih mudah berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakikat hubungan penelitian dengan informasi, lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2006).

2. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo yang menjadi sasaran utama. Sasaran utama ini dipilih mengingat semua siswa-siswi kelas IX sudah mencapai usia remaja dan terjadi peningkatan aktifitas dan pemikiran untuk persiapan Ujian Nasional, sehingga depresi lebih sering dialami daripada siswa-siswi yang berada di kelas bawahnya.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP N 20 Purworejo yang beralamat di Jalan Brengkol Km 1, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi SMP N 20 Purworejo.

2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan (Singarimbun, 1995). Sama halnya dengan Singarimbun, menurut Sugiyono (2002) purposive sampling merupakan teknik penentuan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan yang akan dijadikan dasar dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah siswa atau siswi yang pernah mengalami depresi.
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Siswa dan atau siswi pernah mengalami depresi saat menjadi siswa atau siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP).
b. Merasa terjadi pengurangan saat menerima dan atau sesudah menerima pelajaran seni musik.
c. Bersedia menjadi responden.

C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable dependen dan independen. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas yang dalam hal ini adalah mempengaruhi kejadian depresi postpartum. Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat yang dalam hal ini adalah faktor-faktor depresi postpartum. Berikut faktor-faktor pengaruh pelajra seni musik terhadap depresi pada remaja yang menjadi variable independen dalam penelitian ini meliputi:
1. Instrumen musik yang diberikan.
2. Pengalaman musikal remaja.
3. Pembelajaran yang dilakukan dalam pelajaran seni musik.
4. Keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis remaja.
5. Seni musik membantu kecerdasan emosional dan otak berfokus pada hal lain yang dipelajari.

2. Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA UKUR SKALA DATA
1. Instrumen musik yang diberikan
Jenis instrumen musik yang diberikan oleh pengajar pada siswa Observasi dan wawancara Ordinal
2. Pengalaman musikal remaja
Pengalaman musik remaja Wawancara Ordinal
3. Pembelajaran yang dilakukan dalam pelajaran seni musik Suasana pembelajaran dalam kelas Observasi dan wawancara Ordinal



NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA UKUR SKALA DATA
4. Keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis remaja Kondisi emosional, kemampuan intelektual dan kemampuan social remaja Melihat data dari pengajar, observasi, wawancara Nominal dan ordinal
5. Seni musik membantu kecerdasan emosional dan otak berfokus pada hal lain yang dipelajari.
Peningkatan kecerdasan emosional dan tingkat kefokusan terhadap hal lain yang dipelajari, sehingga mengurangi depresi Wawancara
Ordinal

Tabel 1. Definisi operasional

3. Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan diberikan langsung dari sumber pertama yang menjadi sasaran penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil mengulas catatan-catatan, referensi, ataupun dari dokumentasi.




4. Alat Pengolahan Data
Instrumen sebagai alat pengumpul data yang digunakan adalah hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
5. Pengolahan data
Langkah penelitian dilakukan dengan cara mencatat semua kasus depresi pada remaja yang ada, kemudian dilakukan pemilihan remaja yang memenuhi kriteria. Data tersebut diperiksa dan dianalisis.

D. Analisa Data
1. Metode Analisa Data
Analsis data merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton dalam Moleong, 2006). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik contents analisys. Analisis data kualitatif fokusnya menunjukkan makna, deskripsi, penjernihan dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan serimg kali melukisnya di dalam kata-kata daripada dalam angka-angka (Faisal, Sanapiah, 1992). Menurut Milles dan Huberman (1992) dalam Penelitian Data Kualitatif, analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan berjalan terus-menerus yang disebut analisa interaktif. Ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaa, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian kualitatif berlangsung.

b. Penyajian data
Merupakan penyajian sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data ini kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

c. Penarikan kesimpulan
Merupakan proses mengartikan segala hal yang ditemui selama penelitian dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola , pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akiba tdari proposisi-proposisi, dengan kata lain pada tahap ini merupakan proses untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang didapat selama penelitian.

Ketiga model diatas yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar. Dengan demikian analisis data merupakan proses yang berulang dan terus-menerus. Ketiganya dan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif.
Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :





Sumber : Milles dan Huberman (1992)

2. Validitas Data
Dalam penelitian ini uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu suatu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai data pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam Moleong, 2006). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yan berbeda dalam metode kualitatif.
Menurut Patton (Moleong, 2006) hal ini dapat tercapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

Sasaran validasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo yang mengalami depresi. Siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo lainnya sebagai informan yang memberikan informasi tentang bagaimana pengaruh pelajaran seni musik terhadap pengurangan depresi pada siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo yang mengalami depresi. Siswa-siswi kelas IX SMP N 20 Purworejo yang mengalami depresi adalah sasaran validasi agar dapat memberikan perbandingan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti sebagai pendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Buku Baik Yogyakarta: Yogyakarta.

Gunara, Sandie. 2009. Pendidikan Musik, Pentingkah?. http://re-searchengines.com/0907sandi.html. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Harjito, Eduardus Suseno. 2009. Memandang Pelajaran Seni Musik. http://www.koranpendidikan.com/artikel/3433/media-menggali-kepekaan-dan-komunikasi.html. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Milles, Mathew B dan A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.

Mukti, Imam Wibawa. 2009. Akselerasi SMP Taruna Bhakti. http://akselerasismptarbak.blogspot.com/. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Pamangsah, Anang. 2009. Musik Merupakan Stimulasi terhadap Keseimbangan Aspek Kognitif dan Kecerdasan Emosi. http://pamangsah.blogspot.com/2008/10/musik-merupakan-stimulasi-terhadap.html. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Tarigan, Ikarowina. 2009. Sehat dengan Terapi Musik. http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/05/07/1141/13/Sehat-dengan-Terapi-Musik. Diakses tanggal 25 Juni 2009.

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto: Jakarta.

Sugiyono, 2002, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar